Tuesday, August 12, 2008

Adenium ArabiCum

Di Thailand, Blak Giant dikenal dengan nama Yak Dam, karena sosoknya yang besar. Batangnya berwarna hitam kecoklatan dari ujung batang sampai bagian atas caudex (bonggol), sehingga caudex bawah berwarna lebih terang. Batang meruncing ke arah atas. Ruas batang banyak dan tersusun Rapat. Kulit batang kasar bersisik, menegaskan sosoknya yang kekar. Bunga tampak gradasi dari merah pada tepi hingga warna pink di bagian tengah. Daun berbentuk oval dan melekuk ke dalam, tebal, berbulu, dan berwarna hijau muda. Tulang daun berwarna merah.

Adenium arabicum berasal dari Timur Tengah. Dari sana dibawa ke berbagai negara yang berbeda iklimnya sehingga terjadi perubahan karakter adenium arabicum.

Semula hanya ada 2 jenis arabicum yaitu :

1. Adenium arabicum dataran rendah. Hidup dibawah ketinggian 1000 dpl. Cara membedakan : lihat batangnya. Batangnya tinggi, bilamana ditanam di alam bebas bisa mencapai 2 meter atau lebih. Cabang berumpun dan agak berkelok-kelok. Daunnya bulat, besar, adan agak lonjong.

2. Adenium arabicum dataran tinggi. Aselinya hidup di ketinggian lebih dari 1000 meter dari permukaan laut. Batangnya agak pendek, melebar ke samping. Cabangnya tumbuh lurus vertikal.

3. Ra Chine Pan Dok (RCN). Nama ini dalam bahasa Thailand berarti : Ratu Seribu Bunga (Queen of Thousand Flower). Rajin berbunga, berbatang lentur, dan bercabang banyak. Cabang tumbuh merumpun, lurus dan meninggi. Percabangannya yang rapat menimbulkan kesan tua pada tanaman. Daunnya kecil berukuran 2 - 5 cm, berbentuk oval, tidak berbulu, dan mengkilap dibagian atas dan bawah permukaan daun. Bijinya sulit diperoleh dan berukuran paling kecil dibandingkan dengan jenis arabicum lain.


ARABICUM SILANGAN :

1. Thai Socotranum.

Ini silangan dari RCN x Arabicum Yaman. Walaupun namanya pake Socotra, adenium ini tidak sama dengan Socotranum yang tumbuh dipulau Socotra. Thaisoco berbatang kekar dan berbonggol besar. Cabang bengkok meliuk-liuk ke semua penjuru. Daunnya tidak berbulu seperti daun RCN. Saat berbunga penuh tanaman ini akan merontokkan daunnya. Ukuran bijinya lebih besar dibandingkan arabicum Yaman. Biji Thaisocotranum sangat sulit diperoleh karena dari 1 pasang buah hanya dihasilkan sekitar 30 biji terpilih. Banyak hibrid baru yang dihasilkan dari persilangan Thaisoco sebut saja : Golden Crown, Petch Banna, Diamond Crown,S1, Kao Hin Son, dan Bangkla

2. Black Giant.

Di Thailand, Blak Giant dikenal dengan nama Yak Dam, karena sosoknya yang besar. Batangnya berwarna hitam kecoklatan dari ujung batang sampai bagian atas caudex (bonggol), sehingga caudex bawah berwarna lebih terang. Batang meruncing ke arah atas. Ruas batang banyak dan tersusun Rapat. Kulit batang kasar bersisik, menegaskan sosoknya yang kekar. Bunga tampak gradasi dari merah pada tepi hingga warna pink di bagian tengah. Daun berbentuk oval dan melekuk ke dalam, tebal, berbulu,dan berwarna hijau muda. Tulang daun berwarna merah. Ukuran biji cukup besar, bahkan sedikit lebih besar dibandingkan biji Yak Saudi.

3. Black Knight.

Black Knight merupakan silangan antara Black Giant dengan Black Somalense.

4. Taiwan Arabicum : Dessert Night Fork.
Bentuk percabangannya seperti garpu (fork), warna batangnya tergaantung pada cuaca.

5. Petch Muang Kong. Namanya sama dengan nama salah satu kota di Thailand.

6. Petch Na Wang (PNW).

7. RCN Hibrid.

Dikutip dari : toekangboenga.com

(dikutip dari buku : Adenium Arabicum - Tim penulis Persada Adenium + Anne Nelistya)

Thursday, June 26, 2008

PEMBUATAN KOMPOS DARI SAMPAH RUMAH TANGGA

Sampah Rumah Tangga terdiri dari sampah organik dan anorganik.

Sampah organik dibagi dua yaitu :

  1. Sampah Organik Hijau (sisa sayur mayur dari dapur)

Contohnya : tangkai/daun singkong, papaya, kangkung, bayam, kulit terong, wortel, labuh siam, ubi, singkong, kulit buah-buahan, nanas, pisang, nangka, daun pisang, semangka, ampas kelapa, sisa sayur / lauk pauk, dan sampah dari kebum (rumput, daun-daun kering/basah) .

  1. Sampah Organik Hewan yang dimakan seperti ikan, udang, ayam, daging, telur dan sejenisnya.
Sampah anorganik yaitu berupa bahan-bahan seperti kertas, karton, besek, kaleng, bermacam-macam jenis plastik, styrofoam, dll.

Sampah organik hijau dipisahkan dari sampah organik hewan agar kedua bahan ini bisa diproses tersendiri untuk dijadikan kompos. Sedangkan sampah anorganik berupa plastik dikurangi pemakaiannya, memakai ulang barang-barang yang diperlukan, didaur ulang, yang masih bersih dikumpulkan dan diberikan kepada pemulung.

Sampah anorganik yang dapat didaur ulang misalnya :

- kemasan-kemasan plastik untuk dijadikan tas.

- Botol plastik bekas dapat dibuat menjadi tutup gelas.

- Gelas plastik bekas dapat dibuat pot-pot tanaman

Sampah yang bersih dapat dijual/diberikan pada pemulung. Misalnya karton, kardus, styrofoam, besek, botol, plastik-plastik kemasan makanan, kantong-kantong plastik, koran, majalah, kertas-kertas, dan sebagainya. Jenis-jenis yang bersih ini pisahkan dalam satu kantong, langsung saja diberikan pada pemulung tanpa dibuang ke bak sampah terlebih dahulu.

Sampah yang benar-benar kotor dan kita tidak bisa mendaur ulang, tidak layak diberikan pada pemulung. Inilah yang dibuang dalam bak sampah. Dengan demikian kita dapat membantu mengurangi volume sampah yang dibuang di TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

Mendaur Ulang Sampah Dapur Rumah Tangga

Alternatif 1 :

Siapkan :

1. Kardus

2. Bantalan yang dibuat dari sabut kelapa yang dibungkus dengan kasa nyamuk plastik

3. 5-6 kg kompos yang dibuat dari tumbuh-tumbuhan

4. Sampah yang telah dipotong-potong ukuran 2 - -4 cm

5. Alat pengaduk

6. Karung plastik yang berpori-pori (untuk membungkus kardus) atau keranjang tempat

cucian baju kotor (takakura).

Cara membuat :

1. Letakkan bantalan sabut kelapa diatas adukan kompos + sampah

2. Lakukan lapis demi lapis sampai kardus penuh. Kardus disimpan di dalam keranjang (takakura) atau bungkus dengan karung plastik yang berpori. Letakkan ditempat yang tidak terkena hujan dan terik matahari. Setiap 3-4 hari dibuka dan diaduk-aduk, lakukan terus sampai seluruh sampah menjadi hitam, hancur.

3. Sampah telah berubah menjadi kompos siap pakai/dijual. (untuk dijual, diayak terlebih dahulu). Jika kardus pertama penuh, buatlah kardus kedua, dst.


Alternatif 2 :

1. Wadah drum, ember plastik atau gentong

2. Wadah diberi lubang didasarnya untuk pertukaran udara

3. Bahan sampah yang dipotong 2 – 4 cm

4. Mikroorganisma pengurai sebagai aktivator. Contohnya EM-4, Starbio, Temban.

Bahan-bahan ini bisa diganti dengan kompos dari tumbuh-tumbuhan.

5. Air

6. Alat pengaduk.

Cara membuat :

1. Bahan sampah dimasukkan didalam wadah selapis, kemudian ditambahkan kompos atau mikroorganisma pengurai

2. Lakukan terus menerus selapis demi selapis sampai wadah penuh

3. Disiram dengan air secara merata

4. Pada hari ke 5 -7, media dapat diaduk-aduk. Pengadukan diulang setiap lima hari dan dihentikan sampai sampah menjadi hitam dan hancur.

5. Sampah telah berubah menjadi kompos.

Catatan :

Pengaturan suhu merupakan faktor penting dalam pengomposan. Salah satu faktor yang sangat menentukan suhu adalah tingginya tumpukan. Tumpukan lahan yang terlalu rendah akan berakibat cepatnya kehilangan panas. Ini disebabkan tidak adanya cukup material untuk menahan panas yang dilepaskan sehingga mikroorganisma tidak akan berkembang secara wajar. Sebaliknya bila timbunan terlalu tinggi, akan terjadi kepadatan bahan organic yang diakibatkan oleh berat bahan sehingga suhu menjadi sangat tinggi dan tidak ada udara di dalam timbunan. Tinggi timbunan yang memenuhi syarat adalah 1,2 – 2,0 meter dan suhu ideal selama proses pengomposan adalah 40 derajat-50 derajat C.

Untuk mempercepat terjadinya proses pengomposan, maka pH timbunan harus diusahakan tidak terlalu rendah. Namun, pH timbunan yang rendah dapat dicegah dengan pemberian kapur, abu dapur atau abu kayu.

Bahan mentah yang baik untuk penguraian atau perombakan berkadar air 50 – 70 %. Bahan dari hijauan biasanya tidak memerlukan tambahan air, sedangkan cabang tanaman yang kering atau rumput-rumputan harus diberi air saat dilakukan penimbunan. Kelembaban timbunan secara menyeluruh diusahakan sekitar 40 – 60 %.

Pada saat pengomposan akan timbul asap dari panas yang dikeluarkan. Hal ini akan mengakibatkan timbunan bahan menjadi kering. Agar hal ini dapat diketahui sedini mungkin, ke dalam timbunan perlu ditancapkan bambu panjang.

Pemilik/penulis: Giacinta Hanna